Jumat, 28 September 2012

INFEKSI TRAKTUS URINARIUS


MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (ASKEB IV)
“INFEKSI TRAKTUS URINARIUS”



Disusun oleh :
Kelompok 12
*      Dede Ritasari
*      Yuli Hemawati


PROGRAM PENDIDIKAN D3 KEBIDANAN
STIKes MEDIKA CIKARANG – D3 KEBIDANAN
Jl. Raya Industri Pasir Gombong Jababeka
Cikarang – Bekasi
Tahun 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya, penulis telah menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang “Infeksi Traktus Urinarius”
Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan teman sekalian, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Ibu Hj. Narmi yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
  2. Teman-teman sekelompok yang telah turut mendukung dan bekerja sama selama ini.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, penulis menyadari banyak kekurangan pada pembuatan makalah ini, maka dari itu penulis menghimbau kepada seluruh pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun penulis, sehingga dapat meningkatkan kualitas makalah yang akan datang.
Semoga asuhan kebidanan pada ibu nifas ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan.


                                                                                           Cikarang, 03 April 2012

Penyusun



DAFTAR ISI

 

Halaman Judul………………………………………………………………………….       i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………       ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………….        iii
BAB I : Pendahuluan
            1.1. Latar Belakang Masalah…………..…………………………………………    1
            1.2. Tujuan……………………………………………………………….……….    1
BAB II  : Tinjauan Teori        
              2.1. Definisi …………………………………………………………………2
  2.2. Patogenesis ……………..…………………………………………….            1-2
  2.3. Etiologi ………………………………………………………………… 3
  2.4. Komplikasi …...………………………………………………………..4-8
  2.5. Penanganan ……………………………………………………………. 9    
  2.6  Kasus ……………………………………………………………………
  2.7  SOAP ……………………………………………………………………
BAB  III : Penutup
            2.6. Kesimpulan …………………………………………………………….  10
ii
Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam kehamilan terdapat perubahan fungsional, anatomik ginjal dan saluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik. Perubahan anatomik terdapat peningkatan pembuluh darah, dan ruangan interstisiel pada ginjal kemudian juga ginjal akan memanjang kira-kira 1 cm. Semua itu akan kembali normal setelah melahirkan.
Ureter mengalami pelebaran dalam waktu yang pendek sesudah kehamilan 3 bulan terutama pada sisi sebelah kanan. Pelebaran yang tidak sama ini mungkin karena perubahan uterus yang membesar dan mengalami dekstrorotasi atau terjadinya penekanan pada vena ovarium kanan yang terletak diatas ureter, sedangkan yang kanan tidak terdapat karena adanya sigmoid sebagai bantalan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk, dan kadang berpindah letak ke lateral kemudian kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan.
1.2  Tujuan
Tujuan umum untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan tenaga kesehatan serta masyarakat sebagai gambaran nyata pada klien infeksi traktus urinarius.
Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya retensio urine dan tindakan yang perlu dilakukan.

BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1 DEFINISI
Infeksi Traktus Urinarius ( ITU ) adalah masuknya kuman atau bibit penyakit dimana pada urin yang diperiksa ditemukan mikroorganisme lebih dari 10.000 per ml. Urine yang diperiksa harus bersih, segar, dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan fungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari normal ini disebut dengan bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2006).
Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medika utama pada wanita hamil, sekitar 15% wanita mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidupnya. Infeksi Traktus Urinarius dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampaknya yang akan ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).

2.2 PATOGENESIS
Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram negatif, terutama Eskerisia koli, spesies pseudomonas dan organisme yang berasal dari kelompok Enterobakter. Jumlah seluruhnya mencapai lebih dari 80% kultur positif infeksi saluran kencing. Sementara kebanyakan organisme tersebut adalah Eskerisia koli, infeksi jamur, misalnya spesies kandida yang meningkat bersamaan dengan munculnya HIV/AIDS dan penyebarannya menggunakan antibiotika berspektrum luas.

  2.3 ETIOLOGI
Infeksi traktus urinarius merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi disekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya. Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan infeksi saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis), kandung kemih (Sistitis), atau urine (Bakteriuria).
Salah satu penyebaranya organismenya dapat melalui :
1.      penggunaan kateter dalam jangka pendek
2.      penggunaan kateter yang lebih lama  
3.      Terlalu lama menahan kencing
4.      Kurang minum
5.      Penggunaan toilet yang tidak bersih
6.      Kebiasaan cebok yang salah




2.4 KOMPLIKASI
Infeksi traktus urinarius dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian :
1.      Bakteri tanpa gejala (Asimptomatik)
Ditemukan bakteri sebanyak >100.000 per ml air seni dari sediaan air seni “mid stream”. Angka kejadian bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama seperti wantita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2-10%. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia pada kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian :
·         Ampisilin 3 X 500 mg selama 7 – 10 hari
·         Sulfonamid
·         Cephalosporin
·         Nitrofurantoin 4x50-100 mg/ hari

2.      Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik)
A.    SISTITIS
Adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian atas saluran kemih. Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan masa nifas. Kuman penyebabnya yaitu E. coli dan kuman-kuman yang lain. Faktor predisposisi lain adalah uretra yang pendek, adanya sisa air kemih yang tertinggal disamping penggunaan kateter yang sering dipakai untuk ginekologi atau persalinan, sehingga kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal yang masuk dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak menggunakan katetr bila tidak perlu.
·         Gejala :
a.       Disuria (kencing sakit) terutama pada akhir berkemih
b.      Sering berkemih pada bagian atas simfisis
c.       Sering tidak dapat menahan untuk berkemih
d.      Air kemih kadang-kadang terasa panas
·         Gejala Sistemik :
a.       Suhu badan meningkat (Demam)
b.      Nyeri pinggang
·         Sisitis dapat diobati dengan :
a.       Sulfonamid
b.      Ampisilin
c.       Eritromisin
Perlu diperhatikan obat-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengaruh tidak baik untuk janin ataupun bagi ibu.
·         Penanganan :
Penanganan secara umum yakni dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi rasa nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan makin bertambah.
Apabila antibiotika tunggal kurang memberi manfaat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut berupa jenis ataupun cara pemberiannya, seperti amoksilin 4x250 mg per oral digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari.

B.     PIELONEFRITIS AKUTA
Merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai terjadi pada 1%-2% kehamilan terutama pada trimester III dan permulaan masa nifas. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, Stafilokokkus aureus, Basillus proteus, dan Pseudomonas aeruginosa. Predisposisinya antara lain penggunaan kateter untuk mengeluarkan air kemih waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan, dan luka pada jalan lahir. Penderita yang menderita pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik yang sudah ada sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini.

·         Gejala penyakitnya :
a.       Mual dan muntah
b.      Nyeri pinggang
c.       Demam tinggi dan menggigil sekitar 85% suhu tubuh melebihi 380C dan sekitar 12% suhu tubuh mencapai 400C.
d.      Keluhan sistitis ( merasa sakit pada kandung kemih)
e.       Nafsu makan berkurang
f.       Kadang – kadang diare
g.      Jumlah urin sangat berkurang (Oliguria)
·         Pengobatan Pielonefritis dengan cara :
a.       Penderita harus dirawat
b.      Istirahat berbaring
c.       diberi cukup cairan infuse RL
d.      antibiotika (Ampisilin, Sulfonamid)
e.       Observasi persalinan preterm
Biasanya pengobatan berhasil baik, walapun kadang-kadang penyakit ini dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari dan penderita harus diawasi akan kemungkinan berulang kembali. Prognosis bagi ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi seringkali menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.

C.     PIELONEFRITIS KRONIKA
Biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukan gejala penyakit saluran kemih dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam kehamilan. Penderita akan menderita tekanan darah tinggi. Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis buruk  karena penderita ini sebaiknya tidak hamil akibat resiko tinggi.Perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.


D.    GAGAL GINJAL
Gagal ginjal adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif serta kenaikan ureum dan kreatinin darah. ( Imam Parsoedi dan Ag. Soewito : ilmu penyakit dalam).
Gagal ginjal mendadak dalam kehamilan merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan. Penderita yang mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan.
Pada kehamilan muda sering disebabkan oleh abortus septik yang disebabkan oleh bakteri Chlostirida welchii atau Streptokokkus. Tanda-tandanya oliguria mendadak dan azosthemia serat pembekuan darah intravaskuler sehingga terjadi nekrosis tubular yang akut. Keruskan ini dapat sembuh bila tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Sering kali dilakukan tindakan Histerektomi untuk mengatasinya tetapi ada yang tidak perlu untuk dianjurkan untuk melakukan histerektomi asal penderita diberikan antibiotika yang adekuat dan intensif secara terus menerus sampai ginjal membaik. Jika nekrosis kortikal yang bilateral dapat dihubungkan dengan solusio plasenta, pre-eklampsia berat atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air ketuban atau bahkan perdarahan banyak yang dapat menimbulkan iskemi.
Pada masa nifas sulit diketahui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik postpartum. Penanggulangannya diberi cairan infus atau tranfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan segera lakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan hemodialisis secara teratur atau dilakukan transplatasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal.
Gagal ginjal dalam kehmilan dapat dicegah bila dilakukan :
1.      Penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik
2.      Perdarahan, Syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
3.      Pemberian tarnfusi darah dengan hati-hati.

E.     GLOMERULONEFRITIS AKUTA
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan. Penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, udema dan hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma ditambah dengan oliguria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus ( retinitis albuminika). Pengobatan sama dengan di luar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat, diet yang sempurna dan rendah garam serta keseimbangan cairan elektrolit.
Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penisilin, karena strepcoccus peka terhadap penisilin. Apabila tidak berhasil maka harus dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan. Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal akan tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hidup, dan apabila diinginkan wanita boleh hamil lagi di kemudian hari. Kehamilan tidak mempengaruhi jalan penyakit, sebaliknya glomerulonefritis akuta akan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi terutama yang disertai tekanan darah yang sangat tinggi dan insufisiensi ginjal, dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.

F.      GLOMERULONEFRITIS KRONIKA
Wanita hamil dengan glumerulonefritis kronika sudah menderita penyakit isu beberapa tahun sebelumnya. Karena itu pada pemeriksaan kehamilan terdapat proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi.
Suatu cirri tetap maikin buruknya fungsi ginjal karena makin lama makin banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal. Penyakit ini dapat menampakan diri dalam 4 macam :
1.      Hnaya terdapat proteinuria menetap tanpa kelainan sedimen
2.      Dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik
3.      Berntuknya mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta
4.      Gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.
Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi ginjal dan penyakit kardiovaskuler hipertensif.
Prognosis bagi ibu akhirnya buruk ada yang segera meninggal dan ada yang agak lama. Hal itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat dan ada atau tidaknya adanya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis bagi janin salam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya bayinya lahir dismatur akibat insufisiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat, apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir dengan abortus, partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.

2.5. PENANGANAN
1.      wanita hamil dengan infeksi ini harus di rawatinapkan. Karena penderita sering mengalami mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan keadaan dehidrasi.
2.      Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi syok tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara berkala.
3.      Bila terjadi ancaman partus prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti yang telah diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
4.      Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
5.      Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan merupakan pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten terhadap antibiotika jenis ini.
6.      Walaupun golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya harus dengan memperhatikan kemampuan ekskresi kreatinin karena pada pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal secara temporer.
7.      Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2 gram intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam. Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80 mg.
8.      Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata sebagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrikata obstruksi sekunder akibat kehamilan.

I.                  Contoh Kasus
Ibu M.S berusia 30 tahun, mengeluh bahwa akhir-akhir ini buang air kecil tidak lancar (anyang-anyangan), sehingga kadang sakit. Pernah saat BAK, urine disertai darah (hematuria).
Data Pemeriksaan Laboratorium :
Tensi                      : 140/90 mmHg
Suhu tubuh            : 370C
Sel darah putih      : 12.109/L
Hb                         : 10 g/dl
Bakteri pada urin  : 100.000/ml
Penegak Diagnosa :
Bagaimana penatalaksanaan terapi yang cocok untuk kasus tersebut?
II.               SOAP
Subjektif
Nama              : Ny. M.S
Umur              : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Keluhan     : Buang air kecil tidak lancar (anyang-anyangan), sehingga kadang sakit, urin disertai darah (hematuria). Dan nyeri tekan pada bagian perut dan punggung belakang, ada nyeri tekan pada pinggang.

Objektif
Keadaan umum : Baik   Kesadaran : Composmentis   Kesadaran : Stabil
§  TD   : 140/90 mmHg   Nadi : 87x/m   Suhu : 370C     Respirasi : 20x/m   
Pemeriksaan fisik
§  Kepala             : Rambut         : bersih, tidak rontok
Mata              : Kelopak mata tidak udem, konjungtiva tidak pucat
§  Leher               : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelnjar tyroid
§  Dada               : Pembesaran normal, simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol tidak              ada benjolan, tumor tidak ada, kolostrum sudah ada, tidak ada rasa nyeri.
§  Jantung            : Tidak terdengar mur-mur, Paru-paru tidak terdengar whezing dan ronkhi
§  Pemeriksaan CVAT      : Nyeri tekan pada bagian perut dan punggung belakang, ada nyeri tekan pada pinggang.
§  Ekstremitas atas bawah : Refleks positif kanan kiri, varises tidak ada, udem tidak ada
§  Hasil pemeriksaan terhadap data-data klinik pasien tersaji pada table dibawah ini :
Jenis Pemeriksaan
Data Pasien
Data Normal
Keterangan
Tekanan Darah
140/90 mmHg
120/80 mmHg
Meningkat
Suhu Tubuh
370C
370C
Normal
Sel Darah Putih
12 x109/L
3,8 – 9,8 x 109/L
Meningkat
MCV
75 fl
80-97,6 fl
Menurun
Hb
10 g/dl
12,1 – 15,3 g/dl
Menurun
Bakteri pada urine
100.000/ml
-
Bakteri (+)

Analisa
Diagnosa :  G3 P2 A0 hamil 28 minggu dengan infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis)
Kebutuhan : Menganjurkan ibu utnuk banyak minum, atur frekuensi berkemih untuk mengurangi   sensasi nyeri.
Masalah : infeksi saluran kemih (sistitis)



Penatalaksanaan
(a)    Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan rencana selanjutnya, ibu mengerti dan telah mengetahui hasil pemeriksaan.
(b)   Memberitahu ibu tentang penkes tentang masalah ketidak nyamanan, dan penyakitnya dan memberitahu ibu supaya istirahat yang cukup dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam. Dan anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang berserat, zat besi, buah-buahan, daging tanpa lemak dan kacang-kacangan. Ibu mengerti telah mengetahui dan mengerti serta akan mengikuti saran dari bidan.
(c)    Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi kepala lebih rendah dari posisi kaki, ibu mengerti dan akan melakukannya.
(d)   Menganjurkan ibu agar tidak terlalu lelah dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari, ibu mengerti dan akan melakukannya.
(e)    Menganjurkan ibu untuk banyak minum agar urin yang keluar juga meningkat dan mengatur pada saat berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, ibu mengerti dan akan melakukannya.
(f)    Memberitahu pada ibu untuk menjaga kebersihan organ intim/personal hygine dan saluran kencing agar bakteri tidak mudah berkembang biak, ibu mengerti dan mau melakukannya.
(g)   Mengkonsumsi jus anggur atau canberry untuk mencegah infeksi saluran kemih berulang
(h)   Memberitahu pada ibu untuk tidak menahan bila ingin berkemih, ibu mengherti
(i)     Memberitahu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, ibu mengerti penjelasan dari bidan.
(j)     Memberikan terapi pada ibu yaitu amoksilin 4x250 mg per oral digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari. Dan berikan Kotrimoksazole 2x 2 tablet 200 mg, Phenazopyridin 3x 2 tablet 100 mg setelah makan.
(k)   Memberitahukan pada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian tanggal 24-03-2012, kecuali jika ada indikasi.


  
BAB  IV
PENUTUP

2.6 KESIMPULAN
Jadi infeksi traktus urinarius adalah bila bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria . Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut asimptomatik dan mungkin disertai gejala disebut simptomatik.



  
DAFTAR PUSTAKA
http//WWW.GOOGLE.COM
Ilmu kebidanan : YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO, Jakarta 2006.
ASUHAN KEBIDANAN IV ( PATOLOGI KEBIDANAN ) penerbit Trans Info Media Jakarta 2010.
http.www.infeksi trkatus urinarius.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar