MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (ASKEB IV)
“INFEKSI TRAKTUS URINARIUS”
Disusun
oleh :
Kelompok
12
Dede Ritasari
Yuli Hemawati
PROGRAM
PENDIDIKAN D3 KEBIDANAN
STIKes
MEDIKA CIKARANG – D3 KEBIDANAN
Jl.
Raya Industri Pasir Gombong Jababeka
Cikarang
– Bekasi
Tahun
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahNya, penulis telah menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang
“Infeksi Traktus Urinarius”
Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan teman sekalian,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
- Ibu Hj.
Narmi yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga
penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
- Teman-teman
sekelompok yang telah turut mendukung dan bekerja sama selama ini.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, penulis menyadari banyak
kekurangan pada pembuatan makalah ini, maka dari itu penulis menghimbau kepada
seluruh pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun penulis, sehingga
dapat meningkatkan kualitas makalah yang akan datang.
Semoga asuhan kebidanan
pada ibu nifas ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan.
Cikarang, 03
April 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
|
Halaman
Judul…………………………………………………………………………. i
Kata
Pengantar………………………………………………………………………… ii
Daftar
Isi………………………………………………………………………………. iii
BAB I :
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang Masalah…………..…………………………………………
1
1.2.
Tujuan……………………………………………………………….………. 1
BAB II
: Tinjauan Teori
2.1. Definisi …………………………………………………………………2
2.2.
Patogenesis ……………..……………………………………………. 1-2
2.3. Etiologi ………………………………………………………………… 3
2.4. Komplikasi …...………………………………………………………..4-8
2.5. Penanganan ……………………………………………………………. 9
2.6
Kasus ……………………………………………………………………
2.7
SOAP ……………………………………………………………………
BAB
III : Penutup
2.6.
Kesimpulan ……………………………………………………………. 10
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam
kehamilan terdapat perubahan fungsional, anatomik ginjal dan saluran kemih yang
sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik. Perubahan anatomik terdapat
peningkatan pembuluh darah, dan ruangan interstisiel pada ginjal kemudian juga
ginjal akan memanjang kira-kira 1 cm. Semua itu akan kembali normal setelah
melahirkan.
Ureter
mengalami pelebaran dalam waktu yang pendek sesudah kehamilan 3 bulan terutama
pada sisi sebelah kanan. Pelebaran yang tidak sama ini mungkin karena perubahan
uterus yang membesar dan mengalami dekstrorotasi atau terjadinya penekanan pada
vena ovarium kanan yang terletak diatas ureter, sedangkan yang kanan tidak
terdapat karena adanya sigmoid sebagai bantalan. Ureter juga mengalami
pemanjangan, melekuk, dan kadang berpindah letak ke lateral kemudian kembali
normal 8-12 minggu setelah melahirkan.
1.2 Tujuan
Tujuan
umum untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan tenaga kesehatan serta masyarakat
sebagai gambaran nyata pada klien infeksi traktus urinarius.
Untuk
mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya retensio urine dan tindakan yang
perlu dilakukan.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1
DEFINISI
Infeksi
Traktus Urinarius ( ITU ) adalah masuknya kuman atau bibit penyakit dimana pada
urin yang diperiksa ditemukan mikroorganisme lebih dari 10.000 per ml. Urine
yang diperiksa harus bersih, segar, dan di ambil dari aliran tengah (midstream)
atau diambil dengan fungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya
lebih dari normal ini disebut dengan bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak
disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan
gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2006).
Infeksi saluran kencing
merupakan komplikasi medika utama pada wanita hamil, sekitar 15% wanita
mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidupnya.
Infeksi Traktus Urinarius dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampaknya
yang akan ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan
bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.2
PATOGENESIS
Kebanyakan
infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri gram negatif, terutama Eskerisia
koli, spesies pseudomonas dan organisme yang berasal dari kelompok
Enterobakter. Jumlah seluruhnya mencapai lebih dari 80% kultur positif infeksi
saluran kencing. Sementara kebanyakan organisme tersebut adalah Eskerisia koli,
infeksi jamur, misalnya spesies kandida yang meningkat bersamaan dengan
munculnya HIV/AIDS dan penyebarannya menggunakan antibiotika berspektrum luas.
2.3 ETIOLOGI
Infeksi
traktus urinarius merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi
disekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya. Organisme
yang menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan infeksi saluran kencing
yaitu ginjal (Pielonefritis), kandung kemih (Sistitis), atau urine
(Bakteriuria).
Salah satu penyebaranya
organismenya dapat melalui :
1.
penggunaan kateter dalam jangka pendek
2.
penggunaan kateter yang lebih lama
3.
Terlalu lama menahan kencing
4.
Kurang minum
5.
Penggunaan toilet yang tidak bersih
6.
Kebiasaan cebok yang salah
2.4
KOMPLIKASI
Infeksi
traktus urinarius dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian :
1.
Bakteri tanpa gejala (Asimptomatik)
Ditemukan
bakteri sebanyak >100.000 per ml air seni dari sediaan air seni “mid
stream”. Angka kejadian bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama seperti
wantita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2-10%. Beberapa
peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan
peningkatan kejadian anemia pada kehamilan, persalinan premature, gangguan
pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan
bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas bakteri yang
dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.
Pengobatan
dapat dilakukan dengan pemberian :
·
Ampisilin 3 X 500 mg selama 7 – 10 hari
·
Sulfonamid
·
Cephalosporin
·
Nitrofurantoin 4x50-100 mg/ hari
2.
Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik)
A. SISTITIS
Adalah peradangan kandung kemih tanpa
disertai radang pada bagian atas saluran kemih. Sistitis ini cukup sering
dijumpai dalam kehamilan dan masa nifas. Kuman penyebabnya yaitu E. coli dan
kuman-kuman yang lain. Faktor predisposisi lain adalah uretra yang pendek,
adanya sisa air kemih yang tertinggal disamping penggunaan kateter yang sering
dipakai untuk ginekologi atau persalinan, sehingga kateter ini akan mendorong
kuman-kuman yang ada di uretra distal yang masuk dalam kandung kemih.
Dianjurkan untuk tidak menggunakan katetr bila tidak perlu.
·
Gejala :
a. Disuria
(kencing sakit) terutama pada akhir berkemih
b. Sering
berkemih pada bagian atas simfisis
c. Sering
tidak dapat menahan untuk berkemih
d. Air
kemih kadang-kadang terasa panas
·
Gejala Sistemik :
a. Suhu
badan meningkat (Demam)
b. Nyeri
pinggang
·
Sisitis dapat diobati dengan :
a. Sulfonamid
b. Ampisilin
c. Eritromisin
Perlu
diperhatikan obat-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi
saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengaruh tidak baik untuk janin ataupun
bagi ibu.
·
Penanganan :
Penanganan secara umum yakni dilakukan
pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum. Atur frekuensi
berkemih untuk mengurangi rasa nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu
berkemih (dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan
spasme akan makin bertambah.
Apabila antibiotika tunggal kurang memberi manfaat,
berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut berupa jenis ataupun cara pemberiannya,
seperti amoksilin 4x250 mg per oral digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara
IM selama 10-14 hari.
B. PIELONEFRITIS
AKUTA
Merupakan salah satu komplikasi yang
sering dijumpai terjadi pada 1%-2% kehamilan terutama pada trimester III dan
permulaan masa nifas. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escherichia coli,
Stafilokokkus aureus, Basillus proteus, dan Pseudomonas aeruginosa.
Predisposisinya antara lain penggunaan kateter untuk mengeluarkan air kemih
waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit
waktu berkemih karena trauma persalinan, dan luka pada jalan lahir. Penderita
yang menderita pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik yang sudah
ada sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini.
·
Gejala penyakitnya :
a. Mual
dan muntah
b. Nyeri
pinggang
c. Demam
tinggi dan menggigil sekitar 85% suhu tubuh melebihi 380C dan
sekitar 12% suhu tubuh mencapai 400C.
d. Keluhan
sistitis ( merasa sakit pada kandung kemih)
e. Nafsu
makan berkurang
f. Kadang
– kadang diare
g. Jumlah
urin sangat berkurang (Oliguria)
·
Pengobatan Pielonefritis dengan cara :
a. Penderita
harus dirawat
b. Istirahat
berbaring
c. diberi
cukup cairan infuse RL
d. antibiotika
(Ampisilin, Sulfonamid)
e. Observasi
persalinan preterm
Biasanya
pengobatan berhasil baik, walapun kadang-kadang penyakit ini dapat timbul lagi.
Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari dan penderita harus diawasi
akan kemungkinan berulang kembali. Prognosis bagi ibu umumnya cukup baik bila
pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi seringkali
menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.
C. PIELONEFRITIS
KRONIKA
Biasanya tidak atau sedikit sekali
menunjukan gejala penyakit saluran kemih dan merupakan predisposisi terjadinya
pielonefritis akuta dalam kehamilan. Penderita akan menderita tekanan darah
tinggi. Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan
ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis
buruk karena penderita ini sebaiknya
tidak hamil akibat resiko tinggi.Perlu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.
D. GAGAL
GINJAL
Gagal ginjal adalah penurunan tiba-tiba
faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya dengan atau tanpa
oliguria dan berakibat azotemia progresif serta kenaikan ureum dan kreatinin
darah. ( Imam Parsoedi dan Ag. Soewito : ilmu penyakit dalam).
Gagal ginjal mendadak dalam kehamilan
merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat
menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi.
Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan. Penderita yang mengalami sakit gagal
ginjal mendadak ini sering dijumpai pada 12-18 minggu, dan kehamilan telah
cukup bulan.
Pada kehamilan muda sering disebabkan
oleh abortus septik yang disebabkan oleh bakteri Chlostirida welchii atau
Streptokokkus. Tanda-tandanya oliguria mendadak dan azosthemia serat pembekuan
darah intravaskuler sehingga terjadi nekrosis tubular yang akut. Keruskan ini
dapat sembuh bila tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Sering
kali dilakukan tindakan Histerektomi untuk mengatasinya tetapi ada yang tidak
perlu untuk dianjurkan untuk melakukan histerektomi asal penderita diberikan
antibiotika yang adekuat dan intensif secara terus menerus sampai ginjal
membaik. Jika nekrosis kortikal yang bilateral dapat dihubungkan dengan solusio
plasenta, pre-eklampsia berat atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan
yang lama, emboli air ketuban atau bahkan perdarahan banyak yang dapat
menimbulkan iskemi.
Pada masa nifas sulit diketahui
sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik postpartum.
Penanggulangannya diberi cairan infus atau tranfusi darah, diperhatikan
keseimbangan elektrolit dan cairan segera lakukan hemodialisis bila ada
tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan hemodialisis secara teratur
atau dilakukan transplatasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal.
Gagal ginjal dalam kehmilan dapat
dicegah bila dilakukan :
1. Penanganan
kehamilan dan persalinan dengan baik
2. Perdarahan,
Syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
3. Pemberian
tarnfusi darah dengan hati-hati.
E. GLOMERULONEFRITIS
AKUTA
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai
pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan.
Penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Gambaran klinik
ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, udema dan hipertensi pada
penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma ditambah dengan oliguria
sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus ( retinitis albuminika).
Pengobatan sama dengan di luar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat,
diet yang sempurna dan rendah garam serta keseimbangan cairan elektrolit.
Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penisilin,
karena strepcoccus peka terhadap penisilin. Apabila tidak berhasil maka harus
dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan. Biasanya penderita
sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal akan tetap baik. Kehamilan
dapat berlangsung sampai lahirnya anak hidup, dan apabila diinginkan wanita
boleh hamil lagi di kemudian hari. Kehamilan tidak mempengaruhi jalan penyakit,
sebaliknya glomerulonefritis akuta akan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap
hasil konsepsi terutama yang disertai tekanan darah yang sangat tinggi dan
insufisiensi ginjal, dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus dan
kematian janin.
F. GLOMERULONEFRITIS
KRONIKA
Wanita hamil dengan glumerulonefritis
kronika sudah menderita penyakit isu beberapa tahun sebelumnya. Karena itu pada
pemeriksaan kehamilan terdapat proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan
hipertensi.
Suatu cirri tetap maikin buruknya fungsi
ginjal karena makin lama makin banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus
ginjal. Penyakit ini dapat menampakan diri dalam 4 macam :
1. Hnaya
terdapat proteinuria menetap tanpa kelainan sedimen
2. Dapat
menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik
3. Berntuknya
mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta
4. Gagal
ginjal sebagai penjelmaan pertama.
Keempat-empatnya dapat menimbulkan
gejala-gejala insufisiensi ginjal dan penyakit kardiovaskuler hipertensif.
Prognosis bagi ibu akhirnya buruk ada
yang segera meninggal dan ada yang agak lama. Hal itu tergantung dari luasnya
kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat dan ada atau tidaknya adanya
faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis bagi janin salam kasus
tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat hipertensi. Wanita dengan
fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang berarti dapat melanjutkan
kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya bayinya lahir dismatur akibat
insufisiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat, apalagi disertai tekanan
darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir dengan abortus, partus
prematurus, atau janin mati dalam kandungan.
2.5.
PENANGANAN
1. wanita hamil
dengan infeksi ini harus di rawatinapkan. Karena penderita sering mengalami
mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan keadaan dehidrasi.
2. Bila
penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi syok
tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan dan pemberian
medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara berkala.
3. Bila terjadi
ancaman partus prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti yang telah
diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
4. Lakukan pemeriksaan
urinalisis dan biakan ulangan.
5. Terapi
antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan merupakan
pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti resisten
terhadap antibiotika jenis ini.
6. Walaupun
golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya harus dengan
memperhatikan kemampuan ekskresi kreatinin karena pada pielonefritis akut,
sering terjadi gangguan fungsi ginjal secara temporer.
7. Terapi
kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2 gram
intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam.
Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80 mg.
8. Bila setelah
penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata sebagian gejala masih
ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten terhadap antibiotika
yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrikata obstruksi sekunder akibat
kehamilan.
I.
Contoh
Kasus
Ibu M.S berusia 30 tahun, mengeluh bahwa
akhir-akhir ini buang air kecil tidak lancar (anyang-anyangan), sehingga kadang
sakit. Pernah saat BAK, urine disertai darah (hematuria).
Data
Pemeriksaan Laboratorium :
Tensi :
140/90 mmHg
Suhu tubuh : 370C
Sel darah putih : 12.109/L
Hb :
10 g/dl
Bakteri pada urin : 100.000/ml
Penegak
Diagnosa :
Bagaimana penatalaksanaan terapi yang
cocok untuk kasus tersebut?
II.
SOAP
Subjektif
Nama : Ny. M.S
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Keluhan :
Buang air kecil tidak lancar (anyang-anyangan), sehingga kadang sakit, urin
disertai darah (hematuria). Dan nyeri tekan pada bagian perut dan punggung
belakang, ada nyeri tekan pada pinggang.
Objektif
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Kesadaran : Stabil
§ TD : 140/90 mmHg Nadi : 87x/m Suhu : 370C Respirasi : 20x/m
Pemeriksaan
fisik
§ Kepala
: Rambut : bersih, tidak rontok
Mata : Kelopak mata tidak udem,
konjungtiva tidak pucat
§ Leher
: Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening dan kelnjar tyroid
§ Dada
: Pembesaran normal,
simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol tidak ada benjolan, tumor tidak ada,
kolostrum sudah ada, tidak ada rasa nyeri.
§ Jantung
: Tidak terdengar mur-mur,
Paru-paru tidak terdengar whezing dan ronkhi
§ Pemeriksaan
CVAT : Nyeri tekan pada bagian perut dan punggung
belakang, ada nyeri tekan pada pinggang.
§ Ekstremitas
atas bawah : Refleks positif kanan kiri, varises tidak ada, udem tidak ada
§ Hasil
pemeriksaan terhadap data-data klinik pasien tersaji pada table dibawah ini :
Jenis Pemeriksaan
|
Data Pasien
|
Data Normal
|
Keterangan
|
Tekanan Darah
|
140/90 mmHg
|
120/80 mmHg
|
Meningkat
|
Suhu Tubuh
|
370C
|
370C
|
Normal
|
Sel Darah Putih
|
12 x109/L
|
3,8 – 9,8 x 109/L
|
Meningkat
|
MCV
|
75 fl
|
80-97,6 fl
|
Menurun
|
Hb
|
10 g/dl
|
12,1 – 15,3 g/dl
|
Menurun
|
Bakteri pada urine
|
100.000/ml
|
-
|
Bakteri (+)
|
Analisa
Diagnosa : G3 P2 A0 hamil 28 minggu dengan infeksi
saluran kemih bagian bawah (sistitis)
Kebutuhan :
Menganjurkan ibu utnuk banyak minum, atur frekuensi berkemih untuk
mengurangi sensasi nyeri.
Masalah : infeksi
saluran kemih (sistitis)
Penatalaksanaan
(a) Memberitahu
ibu hasil pemeriksaan dan rencana selanjutnya, ibu mengerti dan telah
mengetahui hasil pemeriksaan.
(b) Memberitahu
ibu tentang penkes tentang masalah ketidak nyamanan, dan penyakitnya dan
memberitahu ibu supaya istirahat yang cukup dan mengurangi mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung garam. Dan anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
berserat, zat besi, buah-buahan, daging tanpa lemak dan kacang-kacangan. Ibu
mengerti telah mengetahui dan mengerti serta akan mengikuti saran dari bidan.
(c) Menganjurkan
ibu untuk tidur dengan posisi kepala lebih rendah dari posisi kaki, ibu
mengerti dan akan melakukannya.
(d) Menganjurkan
ibu agar tidak terlalu lelah dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari, ibu
mengerti dan akan melakukannya.
(e) Menganjurkan
ibu untuk banyak minum agar urin yang keluar juga meningkat dan mengatur pada
saat berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, ibu mengerti dan akan
melakukannya.
(f) Memberitahu
pada ibu untuk menjaga kebersihan organ intim/personal hygine dan saluran
kencing agar bakteri tidak mudah berkembang biak, ibu mengerti dan mau
melakukannya.
(g) Mengkonsumsi
jus anggur atau canberry untuk mencegah infeksi saluran kemih berulang
(h) Memberitahu
pada ibu untuk tidak menahan bila ingin berkemih, ibu mengherti
(i) Memberitahu
tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, ibu mengerti penjelasan dari bidan.
(j) Memberikan
terapi pada ibu yaitu amoksilin 4x250 mg per oral digabung dengan Gentamisin
2x80 mg secara IM selama 10-14 hari. Dan berikan Kotrimoksazole 2x 2 tablet 200
mg, Phenazopyridin 3x 2 tablet 100 mg setelah makan.
(k) Memberitahukan
pada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian tanggal 24-03-2012, kecuali
jika ada indikasi.
BAB
IV
PENUTUP
2.6
KESIMPULAN
Jadi
infeksi traktus urinarius adalah bila bila ada pemeriksaan urine ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah
bakteriuria . Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut
asimptomatik dan mungkin disertai gejala disebut simptomatik.
DAFTAR PUSTAKA
http//WWW.GOOGLE.COM
Ilmu
kebidanan : YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO, Jakarta 2006.
ASUHAN
KEBIDANAN IV ( PATOLOGI KEBIDANAN ) penerbit Trans Info Media Jakarta 2010.
http.www.infeksi
trkatus urinarius.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar